Belatung Ditemukan di Makanan? Kualitas MBG Dipertanyakan

Foto: Kantor Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di jalan Adam Malik, Batu Hitam.

Natuna, AnalisisPos.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto melalui Badan Gizi Nasional dan dijalankan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memenuhi makanan bergizi anak-anak sekolah di Kabupaten Natuna kini menjadi sorotan. Pasalnya, ditemukan belatung dalam makanan.

Saat dijumpai, AT salah satu siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Ranai mengatakan menemukan belatung di dalam telur dadar, bagian dari menu nasi goreng MBG pada Jumat 1 Agustus 2025.

“Ada belatung di telur dadarnya om, tapi terpisah dari nasi gorengnya, Belatung itu baru terlihat setelah sebagian telur dadar dimakan. Saya langsung mual dan tidak jadi makan lagi,” kata AT, Rabu 6 Agustus 2025.

Kejadian ini dibenarkan oleh pihak sekolah, melalui staf  Tata Usaha yang bernama Are.

“Hanya satu orang siswa yang menemukan dan anak-anak langsung melapor ke saya, kami langsung menghubungi pengantar makanan. Kami tidak mau kejadian seperti ini terjadi lagi. Ini menyangkut kesehatan,” katanya saat ditemui.

Sebagai tindakan cepat, Are melanjutkan makanan tersebut langsung diganti dengan porsi dari siswa yang kebetulan tidak masuk sekolah pada hari itu. “Kami sudah melaporkan kejadian ini, tapi melalui pengantar makanan. Sayangnya, kami tidak memiliki dokumentasi langsung, namun sempat difoto oleh pengantarnya,” jelas Are.

Setiap harinya SMP Negeri 01 Bunguran Timur menerima jatah 770 omprengan makanan dari program MBG.

Penanggungjawab Badan Gizi Nasional (BGN) Wilayah Kabupaten Natuna yang berkantor di jalan Adam Malik, Batu Hitam, Lutciah enggan memberikan tanggapan saat dikonfirmasi. Ia beralasan, pihaknya belum mendapat laporan terkait temuan belatung tersebut.

“Boleh minta surat tugasnya pak, prosedurnya seperti itu. Saya tidak bisa kasih keterangan, kalau mau konfirmasi bisa ke atasan saya saja,” ujarnya.

Namun saat diminta menghubungi atasannya, Lutciah mengaku tidak bisa dihubungi. “Barusan saya telpon, tapi tak bisa dihubungi. Telponnya gak diangkat. Kalau boleh tau apa yang mau ditanyakan, sebaiknya buat janji dulu,” tambahnya.

Sikap tertutup ini menunjukkan betapa buruknya sistem komunikasi publik yang seharusnya dibangun untuk melayani masyarakat.

“Kalau makanan bergizi malah berisi ulat, ini bukan sekadar kelalaian, tapi bisa membahayakan jiwa anak-anak,” ujar salah satu orang tua siswa yang enggan disebutkan namanya.

Meski kejadian ini sudah berlangsung seminggu, temuan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai standar kebersihan dan kualitas makanan yang disajikan dalam program tersebut.

Tak hanya soal higienitas makanan, tetapi juga soal akuntabilitas lembaga yang diberi kepercayaan besar. Bagaimana mungkin program bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah tidak memiliki pengawasan mutu memadai? (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *