Natuna, AnalisisPos.com – Bibir pantai di Kawasan Desa Kelanga, Sujung begitu sunyi, sejauh mata memandang, warna gelap yang diiringi desiran riak ombak menghiasi malam. Waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB saat Riduan tiba menggunakan sepeda motor miliknya.
Berbekal senter kepala, ember, parang, tombak dan serokan jaring, lelaki yang telah mempunyai anak tiga ini turun di bibir pantai ketika air laut surut. Menggunakan sepatu bot yang terbuat dari karet, langkah kakinya mulai menyusuri daerah laut yang dangkal.
Dengan senter kepala, biota laut seperti karang, bintang laut, rumput laut, kerang, ikan, kepiting dan hewan lautnya dapat terlihat didalam air.
“Ini namanya Nyuluh, biasanya dilakukan malam hari bang,” katanya sambil melirik kanan kiri melihat kondisi di dalam air, Minggu 12 Oktober 2025.
Tangan kanannya yang menggenggam tombak siap menghujam ketika hewan laut seperti ikan, cumi-cumi, kepiting, gurita terlihat oleh pandangannya.
“Biasanya hasil tangkapan dibawa pulang ke rumah untuk dijadikan lauk pauk, selain rasanya enak sekaligus mengurangi pengeluaran rumah tangga juga,” katanya sambil memasukkan ikan yang berhasil ditombak ke dalam ember.
Selain ikan, hewan laut seperti kepiting dan cumi-cumi juga juga berhasil ditangkapnya. “Pandangan kita harus jeli, kadang hewan laut pandai berkamuflase dan lincah bersembunyi. Hati-hati juga ketika mau menombak, takutnya kaki sendiri yang kena,” ucapnya sambil tersenyum.
Selain dirinya, beberapa orang warga juga melakukan akfitas yang sama. Tradisi turun temurun ini merupakan kearifan lokal yang diwariskan untuk memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan.
“Nyuluh dimalam hari merupakan tradisi turun temurun dari orang tua dulu bang, tua muda turun disaat air laut surut untuk mencari lauk, kadang bergerombol, kadang sendiri-sendiri,” kata Herman, salah satu warga yang ikut nyuluh, sambil memasukkan udang kecil yang berhasil masuk serokan jaringnya ke dalam ember.
Baru saja selesai memasukkan udang, pandangan Herman tertuju kepada bayangan yang bergerak di air. Dengan cepat ia melempar tombaknya, tapi setelah diperiksa ternyata tombaknya tidak mengenai sasaran. “Ikannya tidak dapat, terkadang seperti itu, buruan kita lepas dan langsung hilang digelapnya malam,” katanya sambil mengawasi arah larinya ikan.
Tidak terasa, saking asyiknya, terkadang langkah kaki sudah jauh dari bibir pantai, waktu yang dilalui pun terasa singkat. Air laut yang semula hanya sebatas mata kaki perlahan naik dan cuaca semakin dingin.
Perlahan, warga yang melakukan aktifitas nyuluh melangkah kembali ke bibir pantai. Sambil menenteng hasil nyuluh, sesekali terdengar percakapan dan tawa ringan. “Cukuplah untuk lauk dirumah”. (JR Ronald)






