Yogyakarta, AnalisisPos.com – Batik Giriloyo memiliki tradisi yang panjang. Dari cerita masyarakat secara turun menurun disebutkan bahwa tradisi membatik ini seumuran dengan keberadaan makam raja Mataram yang berada di atas dusun ini. Aktivitas membatik awalnya merupakan aktivitas para abdi dalem untuk mengisi waktu di luar tugas utamanya sebagai penjaga makam.
Kalaupun saat ini Batik Giriloyo menjadi destinasi wisata batik yang terkemuka di Yogyakarta, hal ini tidak lepas dari kematangan tradisi yang turun-temurun yang terus dijaga dan dikembangkan.
Bahtiar, generasi Y yang saat ini mendedikasikan dirinya untuk mengelola komunitas pembatik, mengungkapkan, setiap minggu Gazebo Batik Giriloyo menerima pengunjung rata-rata 200 pengunjung.
“jumlah ini bisa dikatakan mengalami penurunan akibat pelarangan gubernur Jawa Barat terhadap program study tour siswa sekolah menengah”, kata Bahtiar yang ditemui di Gazebo Paguyupan Batik Giriloyo, Selasa (16/9).
Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi memang berpengaruh pada tingkat kunjungan di kampung batik Giriloyo. “Lumayan penurunannya. kalau pas liburan kami kewalahan menerima tamu, namun sekarang agak longgar,” ungkap Bahtiar di tengah-tengah kegiatan mendampingi tim dari UPN Veteran Yogyakarta yang sedang berkegiatan Pengabdian Masyarakat di Giriloyo.
Dalam kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh tim LPPM UPN Veteran sendiri, ketua tim Oliver Nur Heri Cahyana mengatakan, Kegiatan pengabdian yang bertema ‘Penguatan Pemanfaatan Artificial Inteligence (AI) untuk Transformasi Digital dan Globalisasi UMKM Batik Madana’ ini merupakan kegiatan yang ke sekian kali bagi LPPM UPN Veteran Yogyakarta. “Kami sudah bekerjasama dengan Mas Bahtiar sejak 2019,” terangnya.
Dalam kegiatan kali ini tim UPN Veteran Yogyakarta memperkenalkan pemanfaatan Artificial Inteligence di Batik Madana. “Pelan-pelan kami bersama Mas Bahtiar dan kawan-kawan mulai meningkatkan digitalisasi di kampung batik Giriloyo. Batik Madana ini kami pilih sebagai pilot project,” tambah Oliver Simanjuntak salah satu anggota tim. Dosen Teknik Informatika ini juga menambahkan bahwa teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktifitas serta penjualan produk batik.
Penggunaan AI dalam hal ini diperkenalkan dalam pembuatan disain batik. “Kami mulai belajar teknologi agar pekerjaan membatik menjadi lebih mudah, meski tetap mempertahankan tahapan penting dan ketradisonalan dalam proses membatik, karena ini yang menjadi kekhasan batik Giriloyo,” ungkap Bahtiar.
Sementara itu Yenni Sri Utami, dosen sekaligus pengamat pariwisata menambahkan bahwa kegiatan seperti ini penting untuk meningkatkan kunjungan wisata baik bagi turis domestik maupun manca negara.
“Saya gembira karena kunjungan serta minat belajar membatik turis manca negara ke Batik Giriloyo semakin meningkat,” ujarnya di tengah pelatihan live marketing yang dipandu oleh pakar public speaking Yudhi Widya Kusuma. Batik Giriloyo memang menerima kunjungan baik perorangan maupun rombongan untuk belajar membatik secara privat. **






